PERMASALAHAN INTERNAL DAN EKSTERNAL
DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA DAN MENULIS
Muhammad syukron maghfuri /
13410028 / 5A
Membaca
merupakan kegiatan yang harus dilakuan oleh siswa dalam menggali
informasi-informasi, mempelajari pengetahuan, dan memperkaya pengalaman,
mempertinggi daya pikir, mempertajam penalaran, untuk kemajuan dan peningkatan
diri, mengembangkan wawasan dan mempelajari sesuatu. Oleh sebab itu, siswa yang belum atau membaca dengan baik, akan
mengalami kesulitan dalam mengikuti pemeblajaran suatu pelajaran.
Menulis
adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa untuk menuangkan pikiran dan
ide-ide ke dalam suatu tulisan yang terbentuk menjadi sebuah gagasan. Kegiatan
menulis bukan hanya menyalin bentuk tulisan atau keterampilan menggerakkan alat
tulis, melainkan bagaiman seorang penulis memvisualisasikan atau
mengekspresikan apa yang ia lihat.
Kegiatan
membaca dan menulis adalah kegiatan yang harus dipenuhi oleh siswa selain
menyimak dan berbicara, namun pada kenyataanya siswa kurang menyadari betapa
pentingnya dua hal tersebut dalam kehidupan siswa di sekolah. Padahal kegiatan
membaca dan menulis oleh siswa itu secara tidak disadari telah dilakukan setiap
hari oleh siswa itu sendiri, seperti, membaca berita-berita di sosial media dan
menulis-menulis status di sosial media. Ada dua faktor yang melatar belakangi
permasalahan siwa dalam membaca dan menulis yaitu, factor internal dan
eksternal.
Factor internal
Faktor
internal ini adalah faktor dari dalam diri siswa tersebut yang menjadikan siswa
menjadi malas dalam hal membaca dan menulis. Factor kesadaran diri oleh siswa
sangat berpengaruh di dalamnya, sebab siswa terkadang kurang sadar pentingya
akan manfaat membaca dan menulis bagi dirinya sendiri. Factor kesadaran diri
ini tidak serta merta timbul dari dalam diri siswa, namun harus dibangun siswa
dari tingkat dasar dan dibudayakan agar siswa itu paham mengapa harus membaca
dan menulis.
Faktor
motivasi atau pemberian dorongan terhadap siswa agar membudayakan kegiatan
membaca dan menulis, dalam factor ini yang paling berperan untuk mendorong
siswa agar membudayakan kegiatan membaca dan menulis adalah guru, karena
terkadang orang tua jarang yang memperhatikan seorang anak untuk mendorong
melakukan hal tersebut. Guru dalam hal memotivasi siswa harus kreatif dan
inovatif agar seorang siswa itu tidak jenuh dan bosan lebih-lebih malah
mengabaikan perintah dari guru tersebut, guru bias memberikan tugas untuk
membaca artikel yang menarik yang sekiranya siswa menyukainya lalu menyuruh
menuliskan rangkuman arikel tersebut. Atau apapun bacaan yang pas agar siswa
tidak merasa jenuh.
Factor
minat dan bakat. Banyak siswa siswa yang menganggap dirinya tidak berbakat
dalam hal membaca dan menulis, banyak alas an yang mengatakan bahwa membaca itu
membosankan, membaca itu membuang waktu. Mereka lebih suka menyimak suatu
informasi karena itu lebih simple dan efisien dari pada membaca dan menulis.
Oleh karena itu seorang siswa menganggap dirinya tidak berminat dalam hal
membaca dan menulis. Namun tanpa mereka sadari kompetensi membaca dan menulis
akan sangat berguna bagi dirinya sendiri ketika di perguruan tinggi saat
pembuatan skripsi.
Factor
ketidakpercayaan diri siswa juga sangat berpengaruh mengapa siswa itu malas
untuk membaca dan menulis, ketika guru memberikan tugas untuk mebaca suatu
novel yang sangat tebal atau memiliki 500 halaman dan harus diselesaikan 3 hari
menjadikan mental siswa menjadi tidak percaya diri apakah saya (siswa) mampu
menyelesaikan tugas membaca novel yang sedemikian tebalnya bisa selesai. Nah
sebab itu siswa menjadi malas membaca dan memilih untuk tidak membaca karena
dia tidak percaya pada kemampuanya.
Factor eksternal
Factor
eksternal adalah factor dari luar diri seorang siswa yang mempengaruhi siswa
menjadi malas untuk melakukan kegiatan membaca menulis. Ada beberapa factor
dari luar yang sangat berpengaruh bagi siswa yang menjadikan ia malas.
Factor
ekonomi adalah factor yang paling utama berpengaruh dalam permasalahan siswa
membaca dan menulis, banyak seorang siswa yang mengeluh akibat factor ini ini
karena ekonomi berhubungan sarana prasarana ataupun fasilitas yang disediakan
oleh orang tua untuk anak. Ketiadaan buku yang menunjang belajar seorang siswa menjadikan
siswa kurang maksimal dalam melakukan kegiatan membaca dan ketiadaan sarana
untuk menuangkan ide-ide misalnya laptop, menjadikan siswa kurang maksimal
dalam hal menulis. Karena jika seorang siswa menpunya bakat menulis yang sangat
baik, jika ketiadaan sarana laptop maka bukan tidak mungkin menjadikan
kemampuan seorang siswa tidak tersalurkan.
faktor
teman, faktor dalam memilih teman bermain setiap hari sangat berperan dalam hal
ini lebih-lebih dalam kelangsungan pendidikanya. Jika seorang siswa dengan
teman salah maka bukan tidak mungkin seorang siswa akan ikut teman tersebut, dan
terkesan mengabaikan urusan sekolah seperti membaca buku dan menulis. Sebab
kehidupan remaja sangat ditentukan oleh pemilihan teman bermain. Namun semua
itu kembali pada diri seorang siswa, apakah ia tetap pada pendirianya untuk
tetap memikirkan pendidikan seperti hal membaca dan menulis ataupun
meninggalkan kegiatan tersebut dan “sekolah hanya formalitas”.
Faktor
keluarga, seharusnya keluarga atau orang tua harus mampu mendorong ataupun
memotivasi seorang anak agar giat melakukan kegiatan membaca dan menulis karena
orang tua adalah guru kedua setelah di sekolah. Orang tua bisa saja menyuruh
anak untuk membudayakan membaca Koran agar wawasan sang anak luas dan anak bisa
tahu apa yang terjadi di luar. Tidak hanya sampai disitu orang tua juga bisa
menyuruh sang anak untuk merangkum setiap mata pelajaran agar memudahkan sang
anak dalam belajar, oleh karena itu dalam seluruh kegiatan anak orang tua harus
tetap mengontrol agar tidak malas dan acuh tak acuh khususnya pada kegiatan
membaca dan menulis.
Dari semua faktor-faktor diatas yang menjadi
dasar agar seorang siswa/anak tidak malas dalam melakukan kegiatan membaca dan
menulis adalah timbul dari dalam diri siswa itu sendiri, namun guru dan orang
tua tidak boleh lepas begitu saja terhadap anak, karena terkadang anak juga
harus dipaksa untuk melakukan suatu hal agar menjadi budaya dan kebiasaan.
Untuk
menumbuhkan budaya dan kebiasaan anak atau siswa guru dan orang tua tidak serta
merta ingin secara instan harus dilakukan, namun pelan-pelan dan selalu bersabar,
karena kejiwaan anak juga harus dipehatikan. Misalnya guru member tugas tentang
membaca dan menulis secara berkala tidak secara terus menerus agar siswa
membaca dan menulis, namun guru juga memakai cara yang kreatif.